Sabtu, 02 April 2011

SEKILAS TENTANG SASTRA MANDAR (KALINDAqDAq)

I.     PENDAHULUAN

        Jika kita menengok ke belakang, menelusuri lintas sejarah di Litaq Polewali Mandar, tak dapat dimungkiri bahwa nama Bumi Balanipa ini, adalah nama yang paling paten dan monumentum sejarah yang bisa bertutur banyak tentang masa lampau yang teramat jauh kebelakang dengan segudang kearifan leluhur dari berlapis-lapis generasi, yang bisa jadi  panduan untuk memotivasi diri menapak penyesuaian masa kekinian dan selanjutnya menyongsong hari esok buat generasi pelanjut kita.

        Yang kedua tak dapat dibantah bahwa Bumi Balanipa ini, sentralnya ungkapan-ungkapan leluhur yang penuh sopan, dan gerak langkah yang penuh santun, suatu bukti dengan melalui salah satu ugkapan, yang mana ungkapan ini sudah membudaya di masyarakat Mandar, utamanya di Balanipa ini dan ungkpan tersebut sampai detik ini, tak pernah lapuk karena hujan, tak pernah lekang karena panas, yang mengatakan :

“NA TAMA DI BALANIPA, MAINDANG KEDO PUANG, NAUPOKEDOI NAUNG MOLIMBO-LIMBO”. (Saya akan ke Balanipa, meminjam/memeperhatikan tegur sapa yang sopan, gerak langkah yang santun, demi kucontohi, kuikuti untuk menghadiri acara-acara resmi).

Justru itulah para tokoh budayawan Mandar, sebahagian besar mengtakan, bahwa sastra Mandar ini, utamanya di Bumi Balanipa, dapat dibagi tiga point, yakni :

1.        Kalindaqdaq

2.        Pappasang

3.        Pemanna

II.    KALINDAQDAQ

Ciri kalindaqdaq, seperti umumnya puisi, adalah keterbatasannya, ketakbebasannya, yang membedakannya dengan toloq, karena toloq, seperti umumnya prosa, lebih bebas, lebih leluasa dalam bentuk dan aturan-aturan pengucapan.

Seperti halnya pantun Melayu, tembang Jawa, kelong Makassar, Elong Bugis, dan londe Toraja; maka kalindaqdaqpun diikat oleh syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi : jumlah larik dalam tiap bait, jumlah suku kata dalam tiap larik, dan irama yang tetap.

Menurut kebudayawan Mandar, kalindaqdaq Mandar mempunyai bentuk :

a.        tiap bait terdiri atas 4 bait larik (baris).

b.       larik pertama terdiri atas 8 suku kata.

c.        larik kedua terdiri atas 7 suku kata.

d.       larik ketiga terdiri atas 5 suku kata.

e.        larik keempat terdiri atas 7 suku kata.

f.         merupakan puisi suku kata.

g.       Persajakan kalindaqdaq umumnya bebas, meskipun ada juga yang bersajak-akhir aaaa, abba, aabb.2)

Tema-tema kalindaqdaq :

1.       humor (kalindaqdaq pangino)

2.       satire (kalindaqdaq paelle)

3.       kritik sosial (kalindaqdaq pappakaingaq)

4.       pendidikan/nasihat (kalindaqdaq pipatudu)

5.       keagamaan (kalindaqdaq masaalla)

6.       kejantanan/patriotisme (kalindaqdaq pettomuaneang)

7.       percintaan/romantik (kalindaqdaq to sipomongeq).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar